Rabu, 07 Januari 2009

Senin, 22 Desember 2008 : Kereta Ekonomi Bawa Kami Pergi ...


Saya janjian sama Ori dan Nene di Stasiun Kereta Api Cimahi. Tujuan pertama kita adalah ke Yogya dengan harapan bahwa kita semua dapat bertahan dengan Rp.200.000 hingga dan selama di Bali nanti. Untuk tiket keberangkatan, Nene udah beli tiketnya dari kemaren. Tapi di tiketnya tercantum : Tanpa Tempat Duduk. Nggak kebayang perjalanan 12 jam ini bakal diisi sampe berapa ribu makhluk ? FYI, waktu perjalanan sebelumnya ke Yogya, pesen tiket H-2 jam aja kita masih kebagian tempat duduk karena stasiun Cimahi adalah Stasiun kedua dari keberangkatan kereta untuk jurusan Padalarang-Kediri. Tapi sekarang, kita hanya menelan ludah untuk siap-siap melantai dengan beberapa helai koran (waspada wasir).


Saya nyampe di Stasiun Cimahi jam 19.00. Pake dianter ama orangtua segala, mengingatkan saya akan perjalanan Karyawisata jaman SMP dulu. Gapapa lah, biar ga terlambat datengnya. Udah ada Ori dengan pakaian Bali nya (udah ga tahan Bu ?). Terus disusul ama si Nene, make acara bawa laptop dulu ke stasiunnya, coz mu ngesave CV dia ke flash disk Ori, tapi error gara-gara virus. Yup, masing-masing dari kita bawa CV buat persiapan kerja part time di Yogya dan di Bali ntar. Yeah, maklum, tema perjalanan kali ini adalah low budget (cenderung ke perjalanan yang nelangsa, lahir batin prihatin).Untuk memanjakan perut pun, saya hanya bawa roti tawar,susu cair yang di sachet, madurasa, kue Marrie (Mary?Mari?ato Merrie?bingung nulisnya..kue buat orang klo lagi sakit pokoknya,yu marii) ama sebotol air minum energi positif 1500 ml (bokap saya ikut padepokan tenaga dalam gitu) yang malah mengakibatkan mencret di kemudian harinya.
Jam 19.30 harusnya kereta dah dateng, tapi ga ada pertanda apapun selain hujan rintik-rintik yang ngebuat saya agak khawatir akan anjloknya kereta, seperti yg diberitakan media massa beberapa waktu lalu (lebay mode : on). Oh ya, untuk gambaran tentang kereta yg kita naikin, berikut ini adalah daftar keberangkatan KA Kahuripan Padalarang-Kediri PP :




Akhirnya kereta pun datang dari arah barat, sorot lampunya berpendar di jagad malam. Petugas peron pun memperingati untuk berjaga jarak dengan lintasan, kemudian terjadi percakapan disela-sela laju kereta yang semakin melambat :

Ozak : “Ori, nene, siap-siap kita naik keretanya. Inget, kita dapet tiket yang ga ada tempat duduknya. Siapapun yg ngeliat tempat kosong dan nyaman di sudut-sudut kereta api, langsung tempatin ok? “
Ori : “ Tapi zak..”
Ozak : “ Ga ada tapi – tapi an..” (dibaca dengan logat ala sinetron)
Ozak : “Hiat...agh..” (menaiki tangga di pintu kereta api )
“Pegang tanganku, Ne !” (mengulurkan bala bantuan berupa tangan ke arah nene yg masih dibawah )
Nene : “Thanks bro..” (padahal ga segitunya...)
Ozak : “Ori ! Di belakangmu ! “ (dengan nada ketus memperingati si Ori, karena ada orang yg siap-siap menyerobot naik tangga)
Ori : “Aku bisa !! Hiat,,agh..ouch..heupp “ (berhasil menaiki tangga di pintu kereta ekonomi)
Ozak : “Kita berhasil, kawan” (akhirnya kita berhasil menaiki tangga di tengah kerumunan orang di pintu kereta api, seraya berpelukan bertiga) dan tiba-tiba kebanggaan itu buyar seketika..
Bapak 1 : “Oi, jangan ngalangin jalan atuh..” (@#$%##@$%^&)

Tadinya kita mau cari tempat buat duduk di lantai tepat di pojokan gerbong kereta, tapi ternyata ga bisa karena spacenya kurang lebar. Mau duduk diantara gerbong kereta api pun, kita ga tahan dengan bau kamar mandinya yg terletak persis di sekitar area tersebut. Ya udah, kita mutusin buat duduk di gerbong dapur. Bisa sih, tapi kitanya yg ga mau karena kalau mau duduk disitu harus bayar Rp.25.000 lagi (katanya udah termasuk makan malem). Jadi bingung banget. Aneh aja, di tiket ditulis tanpa tempat duduk tapi kok suasana gerbong keretanya sepi banget. Bertanya-tanya dalam hati siapa yang nempatin tempat duduk kalo gini keadaannya. Ampe ada seorang bapak yang lagi berdiri di antara gerbong kereta ngasi tau kita kalau ternyata ampe tanggal 5 Januari 2009 ntar, semua penumpang bebas duduk dimana aja, nggak harus sesuai dengan nomor tempat duduk kereta apinya. Kayanya ini kebijakan PT.KAI gara-gara sekarang lagi peak session. Jadi, semua calon penumpang harus cepet-cepetan nempatin tempat duduknya karena di tiket kereta semua calon penumpang dicantumin keterangan tanpa tempat duduk. Tentunya hal ini hanya berlaku untuk kereta kelas ekonomi aja yang mendahulukan kapasitas penumpang dalam sekali jalan. Walau gitu, pada hari-hari biasa, kita tetep harus duduk sesuai dengan nomor tempat duduknya, sesuai yg dicantumin di tiket,layaknya naik kereta kelas bisnis atau eksekutif.

Ketika kita naik kereta ekonomi, sebenernya ada keuntungan dan kerugian tersendiri. Kalau bisa saya berbagi,berikut ini tabel yang membedakan antara kereta ekonomi dan bisnis/eksekutif :


Memang, sepintas keuntungan naik kereta ekonomi hanya terletak dari sisi harga. Dan ternyata, kalau kita melihat lebih dekat, masih ada keuntungan-keuntungan yang lain yang masih bisa didapat dengan naik kereta ekonomi. Untuk saya pribadi, saya mendapatkan kesempatan belajar bagaimana orang-orang disana bisa tertidur dengan pulas disaat yang bersamaan mereka hanya berjongkok bahkan merebahkan diri di lantai kereta, jawabannya Let it be. Saya bisa belajar bagaimana seorang ibu-ibu yang sudah berumur memikul barang dagangan, beberapa ada yg dipundaknya, lainnya di atas kepalanya, jawabannya Let it be. Saya bisa belajar bagaimana seorang kakek tua renta menawarkan alat dapur yang katanya multifungsi untuk mengupas sampai memotong sayuran dengan harga Rp.5000 kepada setiap penumpang dengan pasrahnya, jawabannya Let it be. Saya bisa melihat bagaimana hausnya pedagang minuman yang menjual Mizone (dengan pengucapan berbeda-beda, kadang Mijon, Mison, Mijon-e) tapi disaat yang bersamaan dia meyakinkan penumpang bahwa barangnyalah penawar dari rasa haus tersebut, rasanya dia berujar kalimat Let it be. Saya bisa melihat bagaimana bocah 3 tahun untuk pertama kalinya naik kereta ekonomi dengan tujuan stasiun kedua terakhir dari keberangkatan kiaracondong merengek-rengek belajar bertahan sampai tempat tujuan, rasanya dia menatap dengan arti Let it be. Memang rasanya lama nyampe, penuh sesak, haus yg terus-terusan tapi ga mau banyak minum karena malas kalo harus pergi ke toilet yang baunya minta ampun, pegal-pegal, perasaan was-was takut ada copetlah, tapi bagaimana lagi? Let it be...


"And when the night is cloudy, there is still a light, that shines on me, shine until tomorrow,
let it be. Whisper words of wisdom, let it be..."
-Let it be song by The Beatles-


dan pada akhirnya, saya menyadari bahwa di kereta ekonomilah, saya bisa melihat episode kehidupan yang terus bergerak walau kadang irama kereta api sesekali berhenti di stasiun tua.


# Nb : Next Posting :

Cari Kerja Part Time di Yogya, Malah Ditawarin jadi Manager J.CO
# Pengeluaran tanggal 22 Des 08 :

Tiket Kereta Api Kahuripan (Cimahi-Lempuyangan) = Rp.28.000

4 komentar:

  1. Ozak!!!!! Lanjut, nanggung nich....
    Come on my man, putus nich, ga bisa tidur gw... Hahahahhhh

    Zzzzzzzztttttt

    BalasHapus
  2. ojakkk..seperti biasa, baru liat tulisan lo udah pengen ketawa.. hihihi... btw, ditawarin primbon khusus perawan gak? huhuhuhu, seru tuh.. gw sempet mau beli buat oleh2 orang rumah.. hihihiih.. banyak hal2 ajaib selama di kereta ekonomi ya... kalau udah di bandung jangan lupa rontgen paru2, biasanya sok kena TBC.. hahahahaha..

    -agun

    BalasHapus
  3. eh zak, gak nyangka bisa liat Blog. alus euy blog & cerita - cerita nya. keep blogging bro..!


    Angga,
    http://logbook-angga.blogspot.com

    BalasHapus